IKAN NILEM (Osteochilus hasseltii)

 

 

 

 

 

Kebutuhan ikan bagi masyarakat sangat penting dan belum dapat terpenuhi semua, baik dalam bentuk ikan segar maupun dalam bentuk olahan. Sehingga salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut dengan mengembangkan usaha perikanan air tawar.

Ikan Nilem (Osteochilus hasseltii) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang mimiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Salah satu ciri utama jenis ikan ini adalah memiliki dua kumis pada kedua sudut mulutnya sebagai alat peraba. Jenis ikan ini memiliki bentuk tubuh mirip dengan ikan karper, namun kepalanya lebih kecil, tubuhnya lebih memanjang dan sirip punggungnya juga lebih panjang. Mulutnya relatif lebar dengan bibir yang berkerut-kerut. Tubuh Ikan Nilem berwarna cokelat atau hijau kehitam-hitaman , hijau keabu-abuan dan merah.

Kelangsungan dan keberhasilan budidaya ikan ini diantaranya sangat ditentukan pada usaha pembenihannya. Uasaha pembenihan diharapkan akan dapat menyediakan benih yang bermutu baik kualitas maupun kuantitasnya pada setiap musim tanamnya. Dalam usaha pembenihan tidak hanya ditentukan oleh kemampuan daya dukung lingkungan saja tetapi juga kemampuan pengelolanya yang minimal harus memiliki penguasaan ilmu dan teknologi pembenihan ikan.

Peralatan Pembenihan

Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan nilem diantaranya adalah: Beberapa kolam yang digunakan untuk pemijahan, penetasan dan penampungan benih, hapa (kotak dari jaring/kelambu untuk menampung sementara induk maupun benih), seser, ember-ember, baskom berbagai ukuran, cangkir, timbangan, cangkul, pisau, rumpon atau daun pisang untuk pelindung dari panas matahari dan hujan pada pembenihan.

Pemilihan dan Penanganan Induk 

Induk Ikan Nilem betina yang sudah dapat dipijahkan kurang lebih berumur 1 sampai 1,5 tahun. Induk betina yang sudah matang telur terlihat perutnya membesar, jika diraba terasa lunak, dan jika diraba dengan tekanan pelan ke arah anus akan keluar cairan jernih berwarna kekuning-kuningan. Sedangkan induk jantan yang sudah dapat dipijahkan kuarng lebih berumur 8 bulan, yang akan mengeluarkan cairan berwarna putih susu dari lubang genitalnya apabila perutnya ditekan ke arah anus. Sebelum dipijahkan, sebaiknya induk Ikan Nilem dipelihara secara terpisah atau dipelihara dalam kolam pemberokan selama 4 sampai 7 hari, dan induk ini sebaiknya dipijahkan maksimal 6 kali kemudian diganti dengan induk yang baru.

Cara Pembenihan

Ikan Nilem dapat dipijahkan dalam kolam yang memiliki aliran air yang cukup deras, sehingga dalam kolam pemijahan perlu diberi aliran air yang deras sebagi perangsang agar Ikan Nilem melakukan pemijahan. Berkaitan dengan kemungkinan perbedaan kondisi daerah yang menyangkut sumber air, maka dikenal beberapa cara dan desain kolam pemijahan sebagai berikut :

Cara Galunggung

Pembenihan Ikan Nilem cara Galunggung membutuhkan sebuah kolam pemijahan  berukuran 1,0 m x 2,0 m dengan kedalaman 0,5 m pada daerah pemasukan air dan 0,15 m untuk daerah sekitar pengeluaran air, dimana pada daerah ini perlu dipasangi batu-batu kerikil serta ditanami rumput. Selain itu, di depan pipa pengeluaran air pada kolam pemijahan dipasang saringan untuk mencegah induk masuk ke dalam kolam penetasan. Pipa tersebut merupakan pipa yang menghubungkan kolam pemijahan dengan kolam penetasan. Kolam penetasan memiliki luas sekitar 20 m2 dengan kedalaman kurang lebih 0,5 m dan dasar kolam diberi alas pasir. Sebelah kolam penetasan dibuat kolam kecil di bawah saluran penguras yang dapat dipasangi kantong dari kain untuk penangkapan benih. Untuk daerah atau lokasi yang mendapat suplai air agak keruh dan berlumpur, air yang dimasukkan ke dalam kolam pemijahan dan kolam penetasan harus melalui kolam pengendapan terlebih dahulu, sehingga kemungkinan lumpur mencemari telur hasil pemijahan dapat dihindari.

Setelah persiapan kolam pemijahan dan kolam penetasan selesai, induk Ikan Nilem dapat dilepas ke kolam pemijahan. Aliran air yang masuk ke kolam pemijahan diperbesar untuk merangsang proses pemijahan. Umumnya pemijahan berlangsung menjelang subuh dan terjadi di bagian kolam yang dangkal di depan pipa pengeluaran air.

Induk yang sudah bertelur pada pagi harinya dapat ditangkap dan dikembalikan ke kolam pemeliharaan induk. Telur-telur hasil pemijahan yang telah dibuahi akan terbawa aliran air ke kolam penetasan, dan telur yang bertumpuk pada daerah pemasukan air kolam penetasan sebaiknya diratakan dengan sapu lidi. Untuk mengurangi panas matahari dan jatuhan air hujan sebaiknya kolam penetasan diberi rumpon-rumpon atau daun pisang . dalam waktu 1 – 2 hari akan menetas dan pada usia 5 -7 hari benih Ikan Nilem sudah dapat dipungut dengan cara membuka tutup tutup pipa penguras.

Cara Tarogong

Pembenihan Ikan Nilem dengan cara ini tidak menggunakan kolam pemijahan khusus, tetapi satu kolam digunakan untuk pemeliharaan induk, pembesaran, sekaligus untuk pemijahan. Untuk pemijahan dibuatkan tempat pada sudut kolam yang dilengkapi dengan pipa pengeluaran dan diberi saringan agar induk tidak dapat keluar. Di depan pipa pengeluaran diberi batu kerikil dan sebaiknya kedalamannya 0,15 m. pipa pengeluaran air dihubungkan dengan kolam penetasan yang berukuran 2,0 m x 2,0 m dengan kedalaman 0,25 m dengan dasar berpasir dan memperoleh air yang jernih.

Untuk memijahkan induk sebaiknya pemasukan air ke kolam induk ditutup selama 1 minggu, permukaan air kolam dibiarkan menurun karena penguapan dan perembesan, sementara itu kolam poenetasan dibersihkan dan dasarnya yang berpasir dicuci dengan cara mengaduk-aduk sambil diairi agar lumpur terbawa oleh aliran air. Setelah persiapan selesai kolam induk diisi air sebanyak-banyaknya, kemudian pipa pengeluaran dibuka menuju kolam penetasan. Induk akan memijah pada dini hari di depan pipa pengeluaran. Telur-telur yang sudah dibuahi akan terbawa aliaran air menuju kolam penetasan yang dilindungi dengan daun pisang dan benih yang berumur 5 – 7 hari sudah dapat dipungut dengan membuka tutup pipa penguras dan menampung benih dengan kain halus.

Cara Magek

Pembenihan Ikan Nilem dengan cara ini dilengkapi dengan kolam pengendapan air dan kolam penampungan air. Pada kolam pemijahan berukuran 0,25 m x 0,60 m dengan kedalaman 0,40 m, sedangkan untuk kolam penetasan memiliki luas sekitar 4 m2.

Induk yang akan dipijahkan dilepas pada malam hari agar malam harinya induk melakukan pemijahan. Telur hasil pemijahan akan terbuahi dan hanyut terbawa aliran air menuju kolam penetasan. Setelah telur menetas pada usia 5 – 7 hari benih sudah dapat dipungut dengan membuka tutup pipa penguras sehingga benih akan terbawa aliran air dan ditampung dengan kantong kain halus.

Cara Wanaraja

Pembenihan Ikan Nilem dengan cara ini merupakan modifikasi dari cara Tarogong yaitu dengan menghubungkan kolam penetasan langsung dengan kolam pendederan dan kolam pembesaran.

Pendederan

Benih-benih yang telah berumur 1-2 bulan sejak menetas dapat dibesarkan pada kolam pendederan. Setelah persiapan selesai, benih ditebarkan dengan kepadatan 30 ekor/meter persegi dengan ukuran benih 5-10 cm pada kolam pendederan. Makanan yang dapat diberikan selama pemeliharaan adalah rayap atau daun-daunan yang telah dilunakkan dengan dosis 20-30% berat badan ratarata. Makanan tambahan berupa dedak halus yang diseduh air panas dapat juga diberikan. Lamanya pendederan sekitar 1-2 bulan.

Pemanenan Benih

Pemanenan benih dapat dilakukan setelah benih berumur 1 bulan. Caranya dengan menyurutkan air sedikit demi sedikit sementara saluran air masuk diperkecil. Pasanglah jaring lembut di pintu pengeluaran untuk menampung benih atau bisa juga dengan membuat parit di tengah kolam menuju ke lubang pengeluaran. Bibit yang terawat baik bisa mencapai bobot 0,3 gram/ekor pada saat dipanen.

Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan pascapanen benih adalah sebagai berikut:

  • Benih ikan harus dipilih yang sehat yaitu bebas dari penyakit, parasit dan tidak cacat. Setelah itu, benih ikan baru dimasukkan ke dalam kantong plastik (sistem tertutup) atau keramba (sistem terbuka).
  • Air yang dipakai media pengangkutan harus bersih, sehat, bebas hama dan penyakit serta bahan organik lainya. Sebagai contoh dapat digunakan air sumur yang telah diaerasi semalam.
  • Sebelum diangkut benih ikan harus diberok dahulu selama beberapa hari.
    Gunakan tempat pemberokan berupa bak yang berisi air bersih dan dengan aerasi yang baik. Bak pemberokan dapat dibuat dengan ukuran 1 m x 1 m atau 2 m x 0,5 m. Dengan ukuran tersebut, bak pemberokan dapat menampung benih ikan sejumlah 5000–6000 ekor dengan ukuran 3-5 cm. Jumlah benih dalam pemberokan harus disesuaikan dengan ukuran benihnya.